IPS

Pertanyaan

jelaskan secara singkat operasi penumpasan teehadap gerakan 30 september

2 Jawaban



  • mendengar pembunuhan para jendral oleh PKI , pasukan TNI mulai bergerak dengan di pimpin dan Pangkostrad Mayjen Soeharto segera mengambil langkah-langkah dalam menaklukkan para PKI diantaranya :
    1.) mengkoordinasi semua angkatan AD, AL dan POLRI
    2.) merebut daerah daerah yang di tempati para PKI Diantaranya RRI, gedung Telkom, Monas dan Istana Merdeka, Bandara Halim Perdana Kusuma
    3.) pencarian para senazah jendral para PKI
    4.) Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilanjutkan ke daerah-daerah yang mendukung PKI seperti berikut.
  • Berawal dengan terjadinya usaha kudeta yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia pada 1 Oktober 1945, yang dimulai dengan penculikan para perwira tinggi TNI. Mayjend Soeharto yang saat itu menjabat sebagai pangkostrad (Panglima Komando Strategi Cadangan TNI AD) memutuskan mengambil alih komando TNI AD yang kosong.

    Sebagai langkah awal, Soeharto mememerintahkan Pasukan Resimen Para Komando TNI Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Letkol Sarwo Edhie Wibowo untuk merebut RRI dan gedung Telekomunikasi. Jakarta yang saat itu dikuasai oleh PKI dan menjadi corong kudeta mereka.

    Setelah berhasil merebut 2 gedung tersebut, Mayjen Soeharto kemudian mengumumkan telah terjadinya perebutan kekuasaan oleh Gerakan 30 September. Pengumuman dilakukan pukul 20.00 WIB tanggal 1 Oktober 1965.

    Beliau juga mengumumkan bahwa Presiden Soekarno dan Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan selamat. Antara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan kepolisian sepakat untuk menumpas G 30 S.

    Operasi penumpasan PKI dilanjutkan ke kawasan Halim Perdanakusuma yang menjadi salah satu basis PKI di Jakarta saat itu. Tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma berhasil direbut kembali. Di kawasan itulah ditemukan jenazah para Jenderal yang telah menjadi korban penculikan di kawasan Lubang Buaya, Halim Jakarta Timur.

    Dalam gerakan pembersihan ke kampung-kampung di sekitar Lubang Buava, Ajun Brigadir Polisi (Abriptu/Kopral Satu) Sukitman yang sempat ditawan oleh regu penculik Brigjen Dl Pandjaitan berhasil meloloskan diri. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil menemukan jenazah para perwira tinggi Angkatan Darat yang dikuburkan dalam sumur tua. Pengangkatan jenazah baru berhasil dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh anggota RPKAD dan KKOAL (marinir). Seluruh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (sekarang RSPAD Gatot Subroto) untuk dibersihkan dan kemudian disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ABRI tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para perwira tinggi Angkatan Darat itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi, serta diberi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, anumerta. Ketika berada di Halim Perdana Kusuma pada tanggal 1 Oktober 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah yang ditujukan kepada seluruh jajaran Angkatan Bersenjata. Presiden Soekarno meminta untuk mempertinggi kesiapsiagaan dan untuk tetap di pos masing-masing serta hanya bergerak jika ada perintah. Seluruh rakyat agar tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara persatuan dan kesatuan nasional. Selain itu, diumumkan bahwa pimpinan Angkatan Darat untuk sementara waktu dipegang oleh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI dan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam Angkatan Darat ditunjuk untuk sementara Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro, Asisten II Men/Pangad. Perintah itu tidak segera diketahui oleh anggota ABRI yang berada di luar Halim. Oleh karena itu, pada hari yang sama, sesuai dengan tata cara yang berlaku, Mayor Jenderal Soeharto menyatakan untuk sementara memegang pimpinan Angkatan Darat Demonstrasi dan aksi mahasiswa anti-PKI pun mulai merebak dimana-mana pasca prosesi pemakaman para Jenderal yang menjadi korban penculikan PKI. Pada tanggal 9 Oktober 1965 Kolonel A. Latief sebagai salah satu pelaku berhasil ditangkap di Jakarta.

    Letkol Untung juga berhasil ditangkap di Tegal tanggal 11 Oktober 1965. Jawa Tengah sendiri saat itu adalah basis kedua PKI setelah Jakarta.

     

    Penumpasan dipimpin oleh Pangdam VII/Diponegoro Brigjen Surjosumpeno dengan dibantu RPKAD. Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo membentuk Komando Operasi Merapi dan berhasil menembak para pimpinan pemberontak.

     

    Ketua PKI D.N. Aidit ditangkap pada tanggal 22 November 1965, dan Jawa Tengah dinyatakan steril dari para pemberontak pada bulan Desember tahun 1965.

    Di Blitar, Jawa Timur, TNI dengan operasi Trisula-nya yang dimulai pada tanggal 3 Juli 1968 berhasil meringkus sisa-sisa PKI yang berada di daerah tersebut.

    Gerakan penumpasan PKI yang dianggap sebagai pelaku kudeta sendiri, bias dikatakan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Dan PKI sendiri dengan paham komunisnya, pada akhirnya menjadi partai dan paham yang dilarang untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia.

    Proses penumpasan anggota-anggota PKI sendiri sampai saat ini menyisakan banyak pertanyaan yang belum dapat dijawab, selain karena factor banyak jatuhnya korban, penangkapan orang-orang yang terduga sebagai anggota atau sekedar simpatisan PKI menurut beberapa bacaan, dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan kaidah hokum. Bahkan, banyak orang yang tidak tau apa-apa menjadi korban dari operasi penumpasan PKI tersebut.

    Bahkan, banyak ditemukan kuburan-kuburan massal dari orang-orang yang diduga adalah para anggota PKI.

     

Pertanyaan Lainnya